Oleh: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
INFOESDM.COM – Baru baru ini Pertamina membentuk direktorat baru yakni direktorat manajemen resiko. Apa maksudnya?
Sudah begitu besarkah resiko keuangan yang dihadapi Pertamina? Apakah utang pertamina sudah berada pada level yang sangat membahayakan?
Direktorat baru akan diisi para ahli utang agar Pertamina tetap bisa dapat utang baru buat bayar utang?
Baca Juga:
KPK Jelaskan Soal Mantan Menkumham Yasonna Laoly Dicegah ke Luar Negeri di Kasus Harun Masiku
Segenap Tim Rilispers.com Mengucapkan Selamat Hari Natal 2024, Kiranya Damai Natal Besertamu
Utang Pertamina naik significant dalam lima tahun terakhir, tahun 2022 utang Pertamina mencapai 50,596 miliar dolar atau Rp. 809,5 triliun (kurs 16 ribu/usd).
Naik dari 35,108 miliar dolar atau Rp. 491,5 triliun pada tahun 2018 (kurs rata rata 14.000/Usd) naik 65%.
Baca artikel lainnya di sini : Sekjen DPR Indra Iskandar Penuhi Panggilan KPK, Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa
Utang Pertamina telah mencapai 58% dari total aset perusahaan.
Baca Juga:
Kasus Korupsi Penyaluran Dana CSR Bank Indonesia, KPK Geledah Kantor Otoritas Jasa Keuangan
Sajian Live Music Shadenlouth Siap Hibur Pengunjung Cafe, Tempat Nongkrong dan Weddiing Party
Apa yang telah dibangun Pertamina dengan utang yang sebentar lagi mendekati 1000 triliun tersebut? Kita tunggu laporan keuangan tahun 2023.
Baca artikel lainnya di sini : Beberkan Prioritas Pemerintahannya di Qatar Economic Forum, Prabowo: Pangan, Energi, dan Hilirisasi
Banyak utang boleh boleh saja menurut pandangan pengusaha, tapi utang itu menjamin pengusaha meraih masa depan gemilang.
Yakni utang akan memperbesar aset, memperkaya perusahaan, dan setiap utang akan melipatgandakan pendapatan dan keuntungan.
Baca Juga:
Dukung Pasokan Penggunaan Bahan Bakar Industri Penerbangan, Pertamina Gandeng PT Gapura Mas Lestari
Lalu bagaimana dengan Pertamina? Bisakah perusahaan migas ini membayar utang utangnya saat dunia sedang giatnya melakukan transisi energi.
Dunia sedang bersiap mengakhiri minyak. Kalangan ahli memperkirakan era minyak jika digambarkan maka 10 tahun terlalu cepat tapi 20 tahun terlalu lama.
Sementara Pertamina paling cepat dalam melunasi utang, jika seluruh laba dialokasikan semua untuk bayar utang maka butuh waktu 15 tahun lamanya.
Padahal kita tau tidak mungkin semua laba dialokasikan untuk bayar utang.
Karena sebagian saham anak perusahaan Pertamina sudah dimiliki swasta misalnya Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pertamina Geotermal Energi (PGE).
Kemungkinan ke depan anak anak perusahaan Pertamina juga akan di miliki swasta.
Selain itu walaupun Pertamina mencatat untung, tapi sebagian pendapatan itu berasal dari subsidi dan konpensasi dari pemerintah.
Sebanyak 70 persen piutang pemerintah belum dibayarkan saat ini.
Jadi dalam catatan ada uangnya tapi itu bisa jadi hanya piutang yang ada di tangan pemerintah.
Ada juga pendapatan yang berasal dari kontrak kontrak yang belum selesai.
Jika Pertamina adalah bagian dari negara yang telah berkomitmen terhadap transisi energi, maka harusnya memandang bahwa aset nya sekarang adalah beban.
Aset aset minyak sekarang harus dimusnakhan perlahan lahan sembari mengembangkan aset aset dalam menopang energi terbaharukan.
Misalnya Pertamina harus ikut menanam tanaman energi dan mengembangkan fasilitas energi terbaharukan dan mengurangi ekplorasi dan eksploitasi hulu migas.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Tapi apa mungkin hal itu dilakukan? Jika aset Pertamina senilai 87,8 miliar dolar adalah beban yang akan bernilai nol dimasa depan?
Bagaimana membayar utang utang 50,6 miliar dolar? Ya ini resiko Teteh.***
Sempatkan juga untuk membaca berbagai berita dan informasi lainnya di media online Harianinvestor.com dan Mediaemiten.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media online ini, atau pun serentak di puluhan media ekonomi & bisnis lainnya, dapat menghubungi Rilisbisnis.com.
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai perkembangan dunia politik, hukum, dan nasional melalui Apakabarindonesia.com