INFOESDM.COM – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus memantapkan langkahnya untuk menghasilkan produk bahan bakar minyak yang ramah lingkungan.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) terkait pasokan Feedstock Proyek Green Refinery Kilang Cilacap.
Oleh Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman dengan Direktur Utama PT Gapura Mas Lestari (GML) Heru Fidiyanto pada awal Desember lalu.
Penandatanganan Nota Kesepahaman ini adalah langkah penting untuk memperkuat kolaborasi.
Baca Juga:
KoinP2P Tunda Pembayaran kepada Pemberi Dana, OJK Awasi Ketat PT Lunaria Annua Teknologi
Resmi Akui Kehilangan Jalur Pasokan Melalui Suriah, Ini Pernyataan Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem
Antara sektor publik dan swasta dalam mencapai tujuan energi berbasis keberlanjutan di Indonesia.
PT GML merupakan salah satu perusahaan pengumpul dan eksportir Used Cooking Oil (UCO) di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.
“Kolaborasi antara KPI dan PT GML dengan pengalaman dalam rantai pasok mulai dari pengumpulan sampai dengan pasokan UCO.”
“Diharapkan dapat mendukung dan menjamin pasokan feedstock untuk Proyek Green Refinery Cilacap,” ujar Taufik.
Baca Juga:
Akhirnya Tambang Batu Bara Bekas Usaha PT Adaro Energy Tbk akan Dikelola Organisasi Muhammadiyah
Langkah ini menjadi salah satu langkah penting dan strategis KPI dalam pengembangan bisnis bahan bakar hijau (green fuel) di Indonesia.
Proyek Green Refinery Cilacap direncanakan akan mengolah feedstock minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) dengan kapasitas 6.000 barrel per hari.
Untuk menghasilkan HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) dan SAF (Sustainable Aviation Fuel) dengan total produksi diperkirakan mencapai sekitar 300 ribu kiloliter per tahun.
Kilang Cilacap sendiri ini saat ini telah mampu menghasilkan HVO dan SAF.
Baca Juga:
Sapulangit Media Center Gandeng Rilispers.com Pasarkan Publikasi Press Release di 150+ Portal Berita
Untuk HVO diolah dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO), yang diberi nama Pertamina Renewable Diesel (RD) dan 100% berasal dari minyak nabati.
Sementara SAF 2,4% dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) atau dari inti sawit yang diproses.
Produk HVO yang dihasilkan selanjutnya akan menjadi komponen blending dalam diesel yang memiliki kualitas superior dibandingkan dengan biodiesel FAME.
Serta dirancang memenuhi standar tertinggi untuk penggunaan di negara-negara dengan empat musim seperti pasar Eropa dan Amerika.
Sementara itu, produk SAF dari Green Refinery Cilacap diharapkan dapat mendukung pasokan untuk implementasi penggunaan SAF dalam bahan bakar industri aviasi.
Selaras dengan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel.
Taufik Aditiyawarman menekankan komitmen KPI terhadap keberlanjutan dan inovasi energi.
“Proyek Green Refinery ini bukan hanya tentang menyediakan sumber energi alternatif.”
“Tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat, mendukung pertumbuhan lokal, serta mengurangi dampak lingkungan,” kata Taufik.
Lebih lanjut, Taufik meyakini bahwa dengan semangat kolaborasi dan komitmen dari semua pihak, proyek ini akan mampu mengatasi berbagai hambatan.
Dan menjadi contoh sukses dalam pengembangan energi berkelanjutan.
“Mari kita wujudkan masa depan yang lebih baik untuk bangsa dan negara,” ajaknya.
Proyek Green Refinery menunjukkan kontribusi signifikan terhadap pencapaian komponen keberlanjutan terkait penanganan perubahan iklim.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Dengan mengolah UCO menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan, proyek ini tidak hanya berfokus pada penyediaan sumber energi terbarukan.
Tetapi juga berperan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara.
Inisiatif Green Refinery di Cilacap secara jelas mencerminkan komitmen Indonesia terhadap transisi energi yang lebih bersih.
Serta menjaga keseimbangan ekosistem demi masa depan yang berkelanjutan.
Senada dengan hal tersebut, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan informasinya.
Pertamina terus mengembangkan energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia di dalam negeri.
“Salah satunya melalui pengolahan minyak jelantah di kilang Pertamina, ini menjadi inovasi dari Pertamina untuk menghasilkan bahan bakar yang berkelanjutan dan lebih efisien,” tandas Fadjar.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Ekbisindonesia.com dan Ekonominews.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media On24jam.com dan Pontianak24jam.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
Atau hubungi langsung WhatsApp Center Rilispers.com (Pusat Siaran Pers Indonesia /PSPI): 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Klik Persrilis.com untuk menerbitkan press release di portal berita ini, atau pun secara serentak di puluhan, ratusan, bahkan 1.000+ jaringan media online.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.